Selama ini, jika zaman memerlukan pahlawan, maka para elit-lah yang akan tampil ke permukaan. Situasi itu terus berlangsung selama waktu berputar. Nyaris tak ada yang menyadari, jika para pahlawan sesungguhnya ada dalam diam dan nama mereka kebanyakan tak pernah tercatat dalam sejarah. Mereka lahir ke dunia seolah memang ditakdirkan untuk berjuang lalu dilupakan.
Perang Kemerdekaan di Indonesia (1945-1949) tentu saja menghadirkan pula orang-orang yang sejenis itu. Dulu, merekalah yang berdiri paling depan dan bertarung tanpa merasa perlu namanya dielu-elukan khalayak. Karena perang, sebagian besar dari mereka bahkan harus hilang tak berbekas. Sebagian lagi berbekas, namun tetap harus meneruskan pertarungannya. Walau kali ini melawan hidupnya masing-masing.
Orang-Orang di Garis Depan berkisah tentang para terlupakan ini. Mereka yang pada era revolusi ada dalam garis yang tegas dan kadang harus saling bunuh. Kepada Hendi Jo, seorang jurnalis sejarah, mereka bercerita apa adanya tentang semua: kesedihan, kegembiraan, kekecewaan atau sekadar cerita masa-masa tua mereka yang harus beriringan dengan kenangan buruk akan brutalitas perang.
–
Penulis: Hendi Jo
13.5 x 21 cm
370 halaman
ISBN 978-602-1634-26-4
2019