Semangat yang ditanamkan oleh Jenderal Spoor melalui Dagorder yang dikeluarkan mampu meningkatkan moral tempur pasukan Belanda. Dengan perintahnya Spoor mengatakan agar pasukan Belanda dalam melakukan serbuannya sebagai “de laatste actie” (aksi penghabisan). Hal ini membuat pasukan Belanda semakin percaya diri dalam melancarkan agresinya yang kedua.
Kepercayaan diri pasukan Spoor yang terdiri dari Groep M maupun dari darat Kolone Tempur 1, bisa terlihat dari kata-kata yang ditulis di kendaraan mereka seperti: “Naar Djokja” (menuju Yogya), “De Soldaten van Spoor, komen er overal door” (Prajurit-prajurit Spoor, dapat mendobrak kemana-mana).
Bagi pasukan Belanda, ini mungkin menjadi penanda untuk hasil akhir yang final. Koran-koran lokal Republik telah pula menuliskan “Londo wis teko” (Belanda sudah datang). Dan, memang itulah yang terjadi. Belanda merangsek masuk ke jantung ibu kota Republik secara cepat dan gemilang. Yogyakarta mampu mereka rebut dan duduki hanya dalam hitungan jam.
Akan tetapi, keberhasilan yang diraih pasukan Belanda itu ternyata berbalik dan justru membuahkan keuntungan yang tidak bisa ditawar lagi bagi kemenangan pihak Republik.
Dengan persenjataan dan disiplin militer yang dimilikinya, pasukan Belanda memang unggul dalam pertempuran, tetapi dengan itu pula mereka kalah dalam perang.
–
Penulis: Wawan K Joehanda
14 x 21 cm
180 halaman
ISBN 978-602-1634-20-2
2016